Minggu, 13 Maret 2011

Intelegensi

TEORI MULTIPLE INTELEGENSI


Teori Multiple Intelegensi (teori intelegensi ganda/jamak) ditemukan dan dikembangkan oleh Howard Gardner, seorang psikolog perkembangan dan profesor pendidikan dari Graduate School of Education, Harvard University Amerika Serikat. Howard Gardner lahir 11 Juni 1943, ia masuk Harvard pada tahun 1961, dengan keinginan awal masuk Jurusan Sejarah. Namun di bawah pengaruh Erik Erikson, ia berubah mempelajari Hubungan-sosial (gabungan psikologi, sosiologi, dan antropologi) dengan konsentrasi pada psikologi klinis. Lalu ia terpengaruh oleh psikolog Jerome Bruner dan Jean Piaget. Setelah Ph.D di Harvard pada tahun 1971 dengan disseration masalah “Sensitivitas pada anak-anak”, Gardner terus bekerja di Harvard, di Proyek Zero. Didirikan pada tahun 1967, Proyek Zero dikhususkan kepada kajian sistematis pemikiran artistik dan kreativitas dalam seni, serta humanistik dan disiplin ilmu, baik di tingkat individu dan kelembagaan.

Gardner mendefinisikan intelegensi sebagai kemampuan untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan produk dalam suatu setting yang bermacam-macam dan dalam situasi yang nyata. Kecerdasan menurutnya merupakan kemampuan untuk menangkap situasi baru serta kemampuan untuk belajar dari pengalaman masa lalu seseorang. Kecerdasan bergantung pada konteks, tugas serta tuntutan yang diajukan oleh kehidupan kita, dan bukan tergantung pada nila IQ, gelar perguruan tinggi atau reputasi bergengsi.

Intelegensi bukanlah kemampuan seseorang yang diukur dengan menjawab soal-soal tes IQ (Intelligence Quotient) dalam ruang tertutup yang terlepas dari lingkungannya karena tes IQ hanya menekan pada kemampuan logika (matematika) dan bahasa (Gardner, 2003). Akan tetapi, intelegensi memuat kemampuan seseorang untuk memecahkan persoalan yang nyata dan dalam situasi yang bermacam-macam. Seseorang memiliki intelegensi yang tinggi apabila ia dapat menyelesaikan persoalan hidup yang nyata, bukan hanya dalam teori. Semakin seseorang terampil dan mampu menyelesaikan persoalan kehidupan yang situasinya bermacam-macam dan kompleks, semakin tinggi intelegensinya.

Teori Multiple Intelegensi yang menyatakan bahwa kecerdasan bukan hanya dilihat dari nilai yang diperoleh seseorang. Kecerdasan merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk melihat suatu masalah, lalu menyelesaikan masalah tersebut atau membuat sesuatu yang dapat berguna bagi orang lain.

Konsep Multiple Intelegensi (MI), menurut Gardner (1983) dalam bukunya Frame of Mind: The Theory of Multiple Intelegences, ada sembilan jenis kecerdasan yang dimiliki setiap individu yaitu linguistik, matematis-logis, spasial, kinestetik-jasmani, musikal, interpersonal, intrapersonal, dan naturalis serta eksistensial. Melalui sembilan jenis kecerdasan ini, setiap individu mengakses informasi yang akan masuk ke dalam dirinya. Oleh karena itu, Amstrong (2002) menyebutkan kecerdasan tersebut merupakan modalitas untuk melejitkan kemampuan setiap siswa dan menjadikan mereka sebagai sang juara, karena pada dasarnya setiap anak cerdas. Sebelum menerapkan MI sebagai suatu strategi dalam pengembangan potensi seseorang, perlu kita kenali atau pahami ciri-ciri yang dimiliki seseorang.

Kategori kemampuan intelektual pada manusia menurut Gardner (Suparno, 2004), yaitu :

1. Intelegensi Linguistik (Linguistic Intelligence)
Intelegensi linguistik merupakan kemampuan seseorang dalam menggunakan kata-kata, baik secara lisan maupun tulisan, untuk mengekspresikan ide-ide atau gagasan-gagasan yang dimilikinya. Orang yang mempunyai kecerdasan linguistik tinggi akan berbahasa lancar, baik dan lengkap. Ia mudah untuk mengetahui dan mengembangkan bahasa dan mudah mempelajari berbagai bahasa. Ini merupakan kecerdasan para jurnalis, juru cerita, penyair, dan pengacara.
Kecerdasan Linguistik, umumnya memiliki ciri antara lain :
(a) Suka menulis kreatif,
(b) Suka mengarang kisah khayal atau menceritakan lelucon,
(c) Sangat hafal nama, tempat, tanggal atau hal-hal kecil,
(d) Membaca di waktu senggang,
(e) Mengeja kata dengan tepat dan mudah,
(f) Suka mengisi teka-teki silang,
(g) Menikmati dengan cara mendengarkan,
(h) Unggul dalam mata pelajaran bahasa (membaca, menulis dan berkomunikasi).

2. Intelegensi Matematis-Logis (Logic-Mathematical Intelligence)
Intelegensi matematis-logis merupakan kecerdasan yang berkaitan dengan kemampuan penggunaan bilangan dan logika secara efektif. Termasuk dalam kecerdasan ini adalah kepekaan pada pola logika, abstraksi, kategorisasi dan perhitungan. Ini merupakan kecerdasan para ilmuwan, akuntan, dan pemprogram komputer.
Kecerdasan Matematika-Logis, cirinya antara lain :
(a) Menghitung problem aritmatika dengan cepat di luar kepala,
(b) Suka mengajukan pertanyaan yang sifatnya analisis, misalnya mengapa hujan turun?,
(c) Ahli dalam permainan catur, halma dsb,
(d) Mampu menjelaskan masalah secara logis,
(d) Suka merancang eksperimen untuk membuktikan sesuatu,
(e) Menghabiskan waktu dengan permainan logika seperti teka-teki, berprestasi dalam Matematika dan IPA.

3. Intelegensi Ruang (Spatial Intelligence)
Intelegensi ruang atau inteligensi ruang visual adalah kemampuan seseorang dalam menangkap dunia ruang visual secara tepat, seperti yang dimiliki oleh seorang dekorator dan arsitek. Yang termasuk dalam kecerdasan ini adalah kemampuan untuk mengenal bentuk dan benda secara tepat, melakukan perubahan bentuk benda dalam pikiran dan mengenali perubahan tersebut, menggambarkan suatu hal/benda dalam pikiran dan mengubahnya dalam bentuk nyata serta mengungkapkan data dalam suatu grafik. Kecerdasan ini merupakan kecerdasan para arsitek, fotografer, artis, pilot, dan insinyur mesin.
Kecerdasan Spasial dicirikan antara lain:
(a) Memberikan gambaran visual yang jelas ketika menjelaskan sesuatu,
(b) Mudah membaca peta atau diagram,
(c) Menggambar sosok orang atau benda persis aslinya,
(d) Senang melihat film, slide, foto, atau karya seni lainnya,
(e) Sangat menikmati kegiatan visual, seperti teka-teki atau sejenisnya,
(f) Suka melamun dan berfantasi,
(g) Mmencoret-coret di atas kertas atau buku tugas sekolah,
(h) Lebih memahamai informasi lewat gambar daripada kata-kata atau uraian,
(i) Menonjol dalam mata pelajaran seni.

4. Intelegensi Kinestetik-Badani (Bodily-Kinesthetic Intelligence)
Intelegensi kinestetik-badani merupakan kemampuan seseorang untuk secara aktif menggunakan bagian-bagian atau seluruh tubuhnya untuk berkomunikasi dan memecahkan masalah. Orang yang mempunyai kecerdasan ini dengan mudah dapat mengungkapkan diri dengan gerak tubuh mereka. Apa yang mereka pikirkan dan rasakan dengan mudah dapat diekspresikan dengan gerak tubuh. Atlet, pengrajin, montir, dan ahli bedah mempunyai kecerdasan kinestetik-jasmani tingkat tinggi.
Kecerdasan Kinestetik-Jasmani, memiliki ciri :
(a) Banyak bergerak ketika duduk atau mendengarkan sesuatu,
(b) Aktif dalam kegiatan fisik seperti berenang, bersepeda, hiking atau skateboard,
(c) Perlu menyentuh sesuatu yang sedang dipelajarinya,
(d) Menikmati kegiatan melompat, lari, gulat atau kegiatan fisik lainnya,
(e) Memperlihatkan keterampilan dalam bidang kerajinan tangan seperti mengukir, menjahit, memahat,
(f) Pandai menirukan gerakan, kebiasaan atau prilaku orang lain,
(g) Bereaksi secara fisik terhadap jawaban masalah yang dihadapinya,
(h) Suka membongkar berbagai benda kemudian menyusunnya lagi,
(i) Berprestasi dalam mata pelajaran olahraga dan yang bersifat kompetitif.

5. Intelegensi Musikal (Musical Intelligence)
Intelegensi musikal merupakan kemampuan untuk mengembangkan dan mengekspresikan, menikmati bentuk-bentuk musik dan suara, peka terhadap ritme, melodi dan intonasi serta kemampuan memainkan alat musik, menyanyi, menciptakan lagu dan menikmati lagu. Bach, Beethoven, atau Brahms, dan juga pemain gamelan Bali atau penyanyi cerita epik Yugoslavia, semuanya mempunyai kecerdasan ini.
Kecerdasan Musikal memiliki ciri antara lain :
(a) Suka memainkan alat musik di rumah atau di sekolah,
(b) Mudah mengingat melodi suatu lagu,
(c) Lebih bisa belajar dengan iringan musik,
(d) Bernyanyi atau bersenandung untuk diri sendiri atau orang lain,
(e) Mudah mengikuti irama musik,
(f) Mempunyai suara bagus untuk bernyanyi,
(g) Berprestasi bagus dalam mata pelajaran musik.

6. Intelegensi Interpersonal (Interpersonal Intelligence)
Intelegensi interpersonal merupakan kemampuan seseorang untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, motivasi, watak, temperamen, ekspresi wajah, suara dan isyarat dari orang lain. Secara umum, intelegensi interpersonal merupakan kemampuan seseorang untuk menjalin relasi dan komunikasi dengan orang lain. Oleh karena itu, seseorang dapat menjadi networker, perunding, dan guru yang ulung.
Kecerdasan Interpersonal memiliki ciri antara lain:
(a) Mempunyai banyak teman,
(b) Suka bersosialisasi di sekolah atau di lingkungan tempat tinggalnya,
(c) Banyak terlibat dalam kegiatan kelompok di luar jam sekolah,
(d) Berperan sebagai penengah ketika terjadi konflik antartemannya,
(e) Berempati besar terhadap perasaan atau penderitaan orang lain,
(f) Sangat menikmati pekerjaan mengajari orang lain,
(g) Berbakat menjadi pemimpin dan berperestasi dalam mata pelajaran ilmu sosial.

7. Intelegensi Intrapersonal (Intrapersonal Intelligence)
Intelegensi interpersonal merupakan kemampuan seseorang untuk mengerti tentang diri sendiri dan mampu bertindak secara adaptif berdasar pengenalan diri. Termasuk dalam inteligensi interpersonal adalah kemampuan seseorang untuk berefleksi dan menyeimbangkan diri, mempunyai kesadaran tinggi akan gagasan-gagasan, mempunyai kemampuan mengambil keputusan pribadi, sadar akan tujuan hidup dapat mengendalikan emosi sehingga kelihatan sangat tenang. Orang yang mempunyai kecerdasan interpersonal akan dapat berkonsentrasi dengan baik. Contoh orang yang mempunyai kecerdasan ini, yaitu konselor, ahli teologi, dan wirausahawan.
Kecerdasan Intrapersonal memiliki ciri antara lain:
(a) Memperlihatkan sikap independen dan kemauan kuat,
(b) Bekerja atau belajar dengan baik seorang diri,
(c) Memiliki rasa percaya diri yang tinggi,
(d) Banyak belajar dari kesalahan masa lalu,
(e) Berpikir fokus dan terarah pada pencapaian tujuan,
(f) Banyak terlibat dalam hobi atau proyek yang dikerjakan sendiri.

8. Intelegensi Lingkungan / Natural (Natural Intelligence)
Intelegensi lingkungan atau natural memiliki kemampuan mengerti flora dan fauna dengan baik, dapat memahami dan menikmati alam dan menggunakannya secara produktif dalam bertani, berburu dan mengembangkan pengetahuan akan alam. Orang yang mempunyai kecerdasan lingkungan/natural memiliki kemampuan untuk tinggal di luar rumah, dapat berhubungan dan berkawan dengan baik. Contoh orang yang mungkin punya inteligensi lingkungan tinggi adalah Charles Darwin. Kemampuan Darwin untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasi serangga, burung, ikan, mamalia, membantunya mengembangkan teori evolusi.
Kecerdasan Naturalis, memiliki ciri antara lain:
(a) Suka dan akrab pada berbagai hewan peliharaan,
(b) Sangat menikmati berjalan-jalan di alam terbuka,
(c) Suka berkebun atau dekat dengan taman dan memelihara binatang,
(d) Menghabiskan waktu di dekat akuarium atau sistem kehidupan alam,
(e) Suka membawa pulang serangga, daun bunga atau benda alam lainnya,
(f) Berprestasi dalam mata pelajaran IPA, Biologi, dan lingkungan hidup.

9. Intelegensi Eksistensial (Existential Intelligence)
Intelegensi eksistensial lebih menyangkut pada kepekaan dan kemampuan seseorang dalam menjawab persoalan-persoalan terdalam mengenai eksistensi manusia. Orang yang mempunyai kecerdasan eksistensi mencoba menyadari dan mencari jawaban yang terdalam. Pertanyaan yang muncul adalah mengapa aku ada? Mengapa aku mati? Apa makna hidup ini? Bagaimana manusia sampai ke tujuan hidup?
Intelegensi ini tampaknya sangat berkembang pada banyak filsuf, terlebih filsuf eksistensialis yang selalu mempertanyakan dan mencoba menjawab persoalan eksistensi hidup manusia. Filsuf-filsuf seperti Sokrates, Plato, Al-Farabi, Ibn Sina, Al-Kindi, Ibn Rusyd, Thomas Aquinas, Descartes, Kant, Sartre, Nietzsche termasuk mempunyai intelegensi eksistensial tinggi.


Setiap pribadi adalah unik, sebagaimana sembilan kecerdasan itu memperlihatkan bentuknya dalam kehidupan kita. Jarang sekali ada orang yang dapat mencapai tingkat penguasaan yang tinggi dalam enam, tujuh, delapan, atau sembilan kecerdasan tersebut.
• Ibn Sina atau Al Kindi mungkin beberapa orang dengan kecerdasan yang sangat banyak. Ia dokter ulung, filosof, ahli bahasa, Negarawan, penulis dll.
• Al Kindi juga dokter, pemusik handal (konon katanya ia menyembuhkan penyakit orang dengan musik), filosof, penulis, penerjemah dengan penguasaan berbagai bahasa, dan pemilik kebun binatang yang cukup luas dan lengkap.
• Rudolf Steiner, pemikir Jerman awal abad ke-20 juga. Ia adalah filsuf, penulis, dan ilmuwan. Ia juga menciptakan sistem dansa, teori warna, dan sistem berkebun, sekaligus pematung, ahli teori sosial, dan arsitek.

Menurut Gardner, dalam diri seseorang terdapat kesembilan kecerdasan tersebut, namun untuk orang-orang tertentu kadang suatu intelegensi lebih menonjol daripada yang lainnya. Intelegensi merupakan representasi mental, bukan karakteristik yang baik untuk menentukan orang macam apa mereka.

Keunikan yang dikemukakan Gardner adalah setiap kecerdasan dalam upaya mengelola informasi bekerja secara spasial dalam sistem otak manusia. Tetapi pada saat mengeluarkannya, ke sembilan jenis kecerdasan itu bekerjasama untuk menghasilkan informasi sesuai yang dibutuhkan.


SUMBER BACAAN

Http://Unhalu.Ac.Id/Staff/La_Tahang/?P=54, diakses pada 23 November 2009 pukul 12.12 WIB

Http://Wangmuba.Com/2009/04/14/Multiple-Intelligence/,-, diakses pada 23 November 2009 pukul 10.20 WIB

Http://sekolah-dasar.blogspot.com/2009/11/teori-multiple-intelegensi-kecerdasan.html, diakses pada 17 November 2009 pukul 11.50 WIB

Semiawan Conny. 1995. Perspektif Pendidikan Anak Berbakat. Jakarta : Depdikbud