Senin, 15 Agustus 2011

Psikologi Individual Alfred Adler


PSIKOLOGI KEPRIBADIAN

Tentang

PSIKOLOGI INDIVIDUAL ALFRED ADLER


Oleh :
1.     FRISCHA MEIVILONA YENDI                              04164 / 2008
2.     MULIA BETRIANI                                                   93495 / 2009
3.     DESRA ESOFITA                                                     07367 / 2008
2.  YOSHI RESTU                                                          04221 / 2008
3.  NOVA FATLIMA                                                     04234 / 2008
4.  REFLANI HARSON                                                 01312 / 2008
5.  WIDIA FEBRI N                                                       88086 / 2007
6.  SRI SUSANTI                                                            88074 / 2007
7.  DONY DARMA SAGITA                                       01313 / 2008
8.  KHAIRUNISA                                                           83225 / 2007
9.  RIKI AGUSPA                                                           88045 / 2007
 
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2010




PSIKOLOGI INDIVIDUAL ALFRED ADLER

 A.   RIWAYAT SINGKAT ADLER
Alfred Adler dilahirkan pada tanggal 7 Pebruari 1870 di Viena (Austria) Ia adalah seorang Yahudi yang lahir dari keluarga yang termasuk dalam status sosial ekonomi kelas menengah pada saat itu. Ketika ia berusia 5 tahun ia terkena penyakit pneumonia (radang paru-paru) yang menurut dokter hampir mustahil untuk disembuhkan. Adler berjanji jika ia bisa sembuh maka ia akan menjadi dokter dan bertekad untuk memerangi penyakit yang mematikan tersebut. Akhirnya pada tahun 1895, setelah dinyatakan sembuh dari penyakitnya, ia benar-benar mewujudkan tekadnya dan berhasil meraih gelar sarjana kedokteran dari University of Vienna. Ia akhirnya dikenal sebagai seorang ahli penyakit dalam.

Pada tahun 1902, ia mendapat tawaran kerjasama dari Freud untuk bergabung dalam kelompok diskusi untuk membahas masalah psikopatologi. Adler akhirnya ikut bergabung dan kemudian menjadi pengikut setia Freud, namun hubungan tersebut tidak berlangsung lama. Adler juga tidak sependapat dengan teori psikoseksual Freud kemudian meninggalkan kelompok diskusinya bersama Freud. Sejak itu ia tidak pernah bertemu lagi dengan Freud. Pada tahun 1911, Adler mendirikan sekolah sendiri aliran baru yang diberi nama Individual Psychologic (Psikologi Invidual).

Sejak tahun 1935 Adler menetap di Amerika Serikat, di sana ia melanjutkan prakteknya sebagai ahli penyakit syaraf dan juga menjadi guru besar dalam psikologi media di Long Island College of Medicine. Ia wafat pada tanggal 28 Mei 1937 di Aberdeen (Skotlandia) saat dalam perjalanan keliling untuk memberikan pemahaman melalui ceramah.


B. POKOK-POKOK TEORI ADLER
Teori Adler dapat difahami lewat pengertian pokok yang dipergunakannya untuk membahas kepribadian. Adapun teori-teori Adler adalah sebagai berikut :

1.    Individualitas
Adler memberi tekanan kepada pentingnya sifat khas (unik) kepribadian, yaitu individualitas, kebulatan serta sifat-sifat pribadi manusia. Menurutnya setiap orang adalah suatu konfigurasi motif-motif, serta nilai-nilai yang khas. Tiap tindakan yang dilakukan oleh seseorang membawakan corak khas gaya kehidupannya yang bersifat individual.

2.    Finalisme Semu
Finalisme adalah suatu paham yang meyakini dan memercayai adanya finalitas (tujuan) dari segala fenomena yang dijumpai. Bagi seseorang dengan pikiran finalis, kenyataan yang dijumpai terlebih doktrin atau ideologi yang diyakini, dapat mengantarkannya pada tujuan tertentu. Finalisme fiktif atau semu diartikan sebagai cita-cita yang tidak mungkin direalisasikan, tetapi merupakan pelecut yang sungguh-sungguh nyata ke arah perjuangan manusia.

Sehabis memisahkan diri dari Freud, Adler lalu sangat dipengaruhi oleh filsafat “seakan‑akan” yang dirumuskan oleh Hans Vaihinger dalam bukunya yang berjudul Die Philosophie des Als-Ob (1911). Vaihinger mengemukakan bahwa manusia hidup dengan berbagai macam cita‑cita atau pikiran yang semata‑mata bersifat semu, yang tidak ada buktinya atau pasangannya dalam realitas. Gambaran‑gambaran semu yang demikian itu misalnya: “Semua manusia ditakdirkan sama”, “Kejujuran adalah politik yang paling baik”, “tujuan mengesahkan alat”, dan sebagainya. Gambaran‑gambaran semu itu memungkinkan manusia untuk menghadapi realitas dengan lebih baik. Gambaran‑gambaran semu tersebut adalah praduga-praduga penolong, yang apabila kegunaannya sudah tidak ada lagi lalu dapat dibuang.

Adler mengambil ajaran filsafat positivisme idealistis yang bersifat pragmatis itu dan disesuaikannya dengan pendapatnya sendiri. Di dalam filsafat Vaihinger itu Adler menemukan pengganti determinisme historis Freud yang menekankan faktor konstitusional serta pengalaman masa kanak‑kanak; Adler menemukan gagasan bahwa manusia lebih didorong oleh harapan‑harapannya terhadap masa depan daripada pengalaman‑pengalaman masa lampaunya.

Tiap orang mempunyai Leitlenie, yaitu rancangan hidup rahasia yang tak disadari, yang diperjuangkannya terhadap segala rintangan. Tujuan yang ingin dikejar manusia itu mungkin hanya suatu fiksi, yaitu suatu cita‑cita yang tak mungkin direalisasikan, namun kendatipun demikian merupakan pelecut yang nyata bagi usaha manusia, dan karenanya juga merupakan sumber keterangan bagi tingkah lakunya. Menurut Adler orang yang normal dapat membebaskan diri akhimya, dari fiksi ini, sedang orang yang neurotis tidak.

3.    Dorongan Pokok Manusia
Di dalam diri manusia terdapat 2 dorongan pokok, yang mendorong serta melatarbelakangi, segala tingkah laku yaitu :
a.  Dorongan kemasyarakatan yang mendorong manusia bertindak, yang mengabdi kepada masyarakat.
b. Dorongan keakuan yang mendorong manusia bertindak yang mengabdi kepada aku sendiri.

Kedua dorongan tersebut ada dalam diri orang berbanding terbalik sesamanya, artinya makin besar keakuan berarti makin kecil kemasyarakatan dan sebaliknya. Orang yang bersifat keakuan akan menilai segala sesuatu atas dasar sejauhmana hal yang dihadapi itu berguna bagi usahanya untuk mengejar idealnya/kepentingan keakuan. Sedangkan orang yang bersifat kemasyarakatan akan meninjaunya dari segi kemajuan kemanusiaan (sesama manusia).

4.    Konsep Rendah Diri dan Kompensasi
Sejak dia menjadi dokter, Adler telah menaruh perhatian terhadap fungsi-fungsi jasmani yang kurang sempurna. Adler memperluas pendapatnya tentang rasa rendah diri yang mencakup segala rasa kurang berharga yang timbul karena ketidakmampuan psikologis atau sosial yang dirasa secara subjektif, ataupun karena jasmani yang kurang sempurna.

Adler berpendapat bahwa rasa rendah diri itu bukanlah suatu pertanda ketidaknormalan, melainkan justru merupakan pendorong bagi segala perbaikan dalam kehidupan manusia. Bagi Adler, tujuan manusia bukanlah mendapatkan kenikmatan, akan tetapi mencapai kesempurnaan.

Pada mulanya Adler mementingkan dorongan keakuan masalah rendah diri dan usaha menjadi superior, karena itu ia mendapat banyak kecaman dan akhirnya meluas pendapatnya dan mencakup juga dorongan kemasyarakatan dalam bentuk konkritnya, dorongan ini misalnya : berwujud kooperasi, hubungan sosial, hubungan antar pribadi, mengikatkan diri dengan kelompok dan sebagainya.

5. Gaya Hidup dan Diri Kreatif
Gaya hidup adalah pengertian yang sentral dalam teori Adler, tetapi juga pengertian yang paling sukar dijelaskan. Gaya hidup ini adalah prinsip yang dipakai landasan untuk memahami tingkah laku seseorang. Inilah yang melatarbelakangi sifat khas seseorang. Tiap orang mempunyai tujuan yang sama, yaitu mencapai superioritas, tapi cara untuk mengejar tujuan itu berbeda-beda.

Diri kreatif adalah penggerak utama, pegangan filsafat, sebab pertama bagi semua tingkah laku. Inilah yang mengantarai antara perangsang yang dihadapi individu dengan response yang dilakukannya. Diri yang kreatif inilah yang member arti kepada hidup, yang menetapkan tujuan serta membuat alat untuk mencapainya.

     6.  Penilaian Diri Individu
          Menurut Adler manusia pada dasarnya adalah mahluk sosial. Mereka menghubungkan dirinya dengan orang lain, ikut dalam kegiatan-kegiatan kerja sama sosial, menempatkan kesejahteraan sosial diatas kepentingan diri sendiri dan mengembangkan gaya hidup yang mengutamakan orientasi sosial.

          Manusia tidak semata-mata bertujuan untuk memuaskan dorongan-dorongan seksualnya, tetapi secara jelas juga termotivasi untuk melaksanakan tanggung jawab sosial, pemenuhan kebutuhan untuk mencapai sesuatu.




SUMBER BACAAN

Erick, Counseling. 2010. Teori Psikologi Individual. http://www.erickyolanda.co.cc/2010/06/teori-psikologi-individual.html, diakses pada 12 Juli 2010 pukul 05.29 WIB
 Hambali, Radea Juli A. 2010.  Membela Cinta, Melawan Terorisme. http://www.sunangunungdjati.com/blog/?p=4049, diakses pada 10 Juli 2010 pukul 06.48 WIB
 Hasibuan, P. Erianto. 2007. Teori Psikoanalitis Adler. http://eriantohasibuan.blogspot.com/2007/12/teori-psikoanalitis-adler.html, diakses pada 10 Juli 2010 pukul 05.37 WIB

 Sujanto, Agus dkk. 2001. Psikologi Kepribadian. Jakarta : Bumi Aksara

 Suryabrata, Sumadi. 2005. Psikologi Kepribadian. Jakarta : RajaGrafindo Persada